Sebuah desa tradisional Bali yang diapit oleh 2 perbukitan,
dengan pemukiman tertata rapi yang masih dilestarikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, adat istiadat dan pola hidup tradisional dengan tatanan masyarakat yang diwariskan nenek moyang mereka sejak jaman dulu.
Pengaturan letak bangunan, letak pura, model rumah hingga ukuran rumah dibuat dengan mengikuti aturan adat secara turun temurun. Rumah adat Tenganan biasanya memiliki bentuk dan ukuran yang sama, terbuat dari bahan yang sama yaitu batu merah, batu sungai dan tanah serta atapnya terbuat dari jerami. Pintu masuk rumahnya hanya sebesar ukuran satu orang dewasa saja dan bagian atas pintu menyatu dengan atapnya.
Awig-awig adalah hukum adat yang ditulis pada abad ke-11 dan diperbaharui pada tahun 1842, digunakan sebagai acuan untuk mengatur kehidupan di desa ini . Dalam memilih calon pemimpin desa, masyarakat Tenganan masih mempertahankan prosesi adat hingga kini yaitu melalui prosesi adat mesabar-sabatan biu (Perang Buah Pisang). Selain itu masih terdapat beberapa prosesi-prosesi adat lainnya diantaranya adalah prosesi Magaret Pandan (perang pandan) yaitu sebuah prosesi latihan perang rutin (biasanya pada bulan Juli) untuk melatih fisik dan mental warga desa dengan mengadu dua pemuda desa untuk bertarung di atas penggung dan saling menyayat badan satu dan lainnya dengan menggunakan duri-duri daun pandan. Prosesi-prosesi adat yang dilakukan menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan dalam dan luar negeri maka pada hari-hari tertentu desa ini raimai dikunjungi wisatawan.
Di desa ini saya dapat menyaksikan secara langsung para seniman yang sedang mengukir, melukis di daun lontar, menenun dan membuat anyaman dari bambu sebagai mata pencaharian mereka.Wisatawan dapat membeli langsung hasil karya seni tersebut namun menurut saya sebagai wisatawan lokal harganya masih terlalu tinggi.
Bangunan-bangunan kuno dengan lumbung padi dan tempat penyimpanan kayu serta aula atau panggung terletak di tengah-tengah desa diselingi beberapa balai-balai yang disediakan bagi para penduduk desa untuk berkumpul sekedar istirahat ataupun melakukan kegiatan adat. Banyak binatang peliharaan yang dibiarkan berkeliaran di desa ini sehingga terkesan agak kotor karena banyak kotoran hewan di sana sini.
Untuk mencapai desa yang terletak di kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem, Bali Timur ini saya menempuh perjalanan selama 2 jam dari Denpasar, melintasi obyek wisata Goa Lawah, Padangbai dan Labuhan Amuk. Sekitar 100 meter sebelum memasuki kawasan Candidasa terdapat pertigaan, kemudian saya berbelok kekiri dan tampaklah dua perbukitan hijau yang indah. Di lembah inilah desa Tenganan berada.